Penyakit jantung
pada perempuan lebih sulit dideteksi. Sebab, serangan jantung pada perempuan
tidak memunculkan gejala khas seperti pada laki-laki. Akibatnya, sering kali
terlambat ditangani.
Hal itu disampaikan
Anna Ulfah Rahajoe dari dewan Penasihat Perhimpunan Kardiovaskular Indonesia
(Perki) di sela-sela The 24th Annual Scientific Meeting of The Indonesian Heart
Association (Asmiha), di Jakarta.
Anna mengatakan,
penyakit kardiovaskular nomor satu pada perempuan di Indonesia ialah penyakit
jantung koroner. Berbeda dengan yang terjadi pada laki-laki, serangan jantung
pada perempuan tidak menunjukkan gejala khas.
Gejala serangan
jantung yang biasanya muncul pada perempuan ialah napas pendek, lemas, nyeri
punggung, keringat berlebih, mual, dan rasa lelah berlebih. Sementara gejala
tipikal serangan jantung ialah nyeri dada kiri yang menjalar hingga ke lengan
kiri. Selain itu, pembuluh koroner perempuan lebih kecil daripada laki-laki
sehingga dokter lebih sulit memeriksa penyakitnya.
"Perempuan yang
terkena serangan jantung lebih banyak yang meninggal dibandingkan laki-laki. Di
hadapan keluarganya mereka cenderung menahan rasa sakit," ujar Anna.
Oleh karena itu,
perempuan harus lebih waspada. Ketika mengalami gejala serangan jantung, harus
segera berobat dan tidak menunda waktu lagi.
Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menunjukkan, prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara
sebagai faktor risiko penyakit jantung meningkat dari 7,6 persen tahun 2007
menjadi 9,5 persen tahun 2013. Kemudian prevalensi penyakit stroke berdasarkan
wawancara 8,3 per 1.000 orang tahun 2007 menjadi 12,1 per 1.000 orang di tahun
2013.
Promosi kesehatan
Anna menyebutkan, di
negara maju insiden penyakit jantung bisa ditekan bukan karena pelayanan
kesehatan yang bagus, tetapi 60 persen-70 persen disebabkan oleh promosi
kesehatan yang bagus.
Menurut Anna,
diperkirakan di masa depan sebanyak 80 persen penyakit kardiovaskular terjadi
di negara-negara berkembang. Untuk mencegahnya, diperlukan pola hidup dan pola
makan yang sehat. "Kewaspadaan masyarakat akan penyakit jantung harus
meningkat," katanya.
Pemerintah
seharusnya membangun fasilitas publik yang memungkinkan masyarakat berolahraga.
Sebab, gaya hidup yang terlalu banyak duduk dan minim aktivitas berkontribusi
pada penyakit kardiovaskular.
Ketua Panitia The
24th Asmiha Antonia Anna Lukito menambahkan, penyakit jantung pada perempuan
mendapat perhatian dalam Asmiha tahun ini. Pada salah satu sesi, Perkumpulan
Ahli Jantung Wanita Indonesia akan mengeluarkan konsensus penanganan penyakit
jantung perempuan di Indonesia.
Yang tak kalah
penting, dalam Asmiha akan dibahas penanganan penyakit kardiovaskular akut.
Akan ada sesi khusus tentang model sistem pelayanan jejaring serangan jantung
yang telah dilakukan selama enam bulan di Jakarta Barat.
Ketua Kolegium Ilmu
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Sunarya Soerianata menuturkan, kota yang
ramah jantung perlu diciptakan. Semua pihak perlu bekerja sama dan berperan
dalam menciptakan jejaring sistem pelayanan serangan jantung. Harapannya,
penanganan serangan jantung bisa cepat dilakukan dan angka kematian akibat
serangan jantung yang terlambat ditangani bisa turun.
ADHITYA RAMADHAN
KOMPAS